Festival Kesenian Tradisional (FKT) 2023

 

Festival Kesenian Tradisional (FKT) merupakan sebuah kegiatan yang diadakan oleh Orang Muda Katolik (OMK) di Rayon Kulon Progo yang bertujuan untuk melestarikan budaya dan juga wadah bagi kaum muda untuk berekspresi. Kegiatan ini diadakan satu tahun sekali yang pada waktu itu sempat terhenti karena adanya covid-19. Pada tahun ini diadakan Kembali FKT yang bertemakan “Pulih Gigih Linuwih” dengan logo nyala api. Nyala api yang merah menandakan sebuah keberanian, kekuatan, kegembiraan, gairah, dan juga energi. Pulih berarti sesuatu yang hidup dan menyala bisa mengindikasikan bahwa sesuatu itu sudah pulih. Gigih berarti api yang mempunyai kegigihan, ia berusaha untuk selalu memperbesar diri dan meluaskan areanya serta akan segera menyebar dan tidak mudah untuk dipadamkan. Dan yang terakhir adalah linuwih yang berarti api punya kelebihan yaitu panas dan juga terang dari sekitarnya. 





Kegiatan ini terlaksana pada tanggal 09 Juli 2023 yang bertempat di Lapangan Cubung, Lendah, Kulon Progo. Antusias dari para penampil sangat hebat. Terdapat 8 penampil yaitu Paroki Wates, Pelem Dukuh, Bantul, Bonoharjo, Promasan, Nanggulan, Boro, dan juga Gamping. FKT dimulai pada pukul 08.00 WIB yang diawali dengan perarakan menuju lapangan yang diikuti oleh panitia dan juga perwakilan dari setiap paroki. Perwakilan setiap paroki membawa kanvas yang merupakan hasil lukisan dari OMK di Paroki masing-masing. 



Paroki Pelem Dukuh menampilkan sebuah karya dengan judul “Abhinaya Estungkara” yang berasal dari Bahasa Sansekerta. Abhinaya berarti semangat dan harapan. Sedangkan Estungkara berarti kemampuan untuk menghadapi suatu masalah. Cerita ini menggambarkan sebuah desa yang sedang dilanda wabah. Para masyarakat bersama-sama menghadapi dan mengatasi wabah tersebut. Mereka menghadapi wabah dengan cara mengumpulkan berbagai jenis rempah-rempah yang berasal dari kebun. Selain dengan usaha tersebut, masyarakat juga berusaha untuk berdoa kepada Sang Kuasa agar dapat membantu desa tersebut terlepas dan sembuh dari wabah. 

Sebelum masuk ke bagian cerita penampil, tentunya ada banyak teman panitia yang bersedia menyiapkan semua keperluan untuk FKT. Ada sekitar 30 panitia yang tergabung dalam kegiatan ini. Tidak perlu disebutkan satu-satu karena disini akan diceritakan tentang kebersamaan yang dibangun oleh OMK Don Bosco Pelem Dukuh. 

Mulai dari Bulan Maret panitia membuat usaha dana yang bertujuan untuk mengumpulkan dana FKT. Dana tersebut akan digunakan untuk membeli keperluan konsumsi, transportasi, kostum, obat-obatan dan juga keperluan lainnya. OMK berencana menjual makanan di Gereja saat hari minggu setelah misa. Sebelum melakukan penjualan, tentunya ada latihan untuk membuat makanan yang akan dijual. Setelah mencari resep dan berlatih membuat makanan tersebut, maka waktunya untuk beraksi menjual makanan di Gereja. Banyak para umat yang membantu OMK dengan membeli makanan yang dijual. Banyak jenis makanan yang sudah pernah di jual oleh OMK. Ada camilan seperti basreng, pangsit, ada juga jus jambu, jus alpukat, dan minuman segar lainnya. Ada juga pizza mini, olahan pangsit, tahu walik, dan masih banyak lagi. Setiap minggunya selalu berganti menu baru agar pembeli tidak bosan dan selalu penasaran dengan makanan yang dijual. 

Makanan yang dijual tentunya masih fresh karena dibuat pagi sebelum pergi ke Gereja. Biasanya dibagi kelompok untuk memasak dan disetiap kelompok terdapat koordinator yang akan mengatur dan mengkoordinasikan para anggotanya. Bangun pagi sudah menjadi hal yang tidak asing lagi. Ada yang memulai memasak jam 4 pagi ataupun jam 5 agar selesai sebelum misa dimulai. Dalam proses memasak tentunya tidak selalu sesuai dengan ekspetasi yang terbentuk. Terkadang ada makanan yang ternyata terlalu lembek ataupun terlalu keras. Ada juga tahu walik yang ternyata ukurannya menjadi raksasa. 

OMK berjualan tidak hanya di gereja namun juga di Goa Mari Lawangsih. Pada waktu itu karena ada rombongan peziarah di Goa Maria Lawangsih, OMK yang berjualan sampai masuk ke bis peziarah karena banyak peziarah yang mau membeli. Banyak peziarah yang dengan senang hati membantu dan bertanya tentang kegiatan apa yang akan dilakukan oleh para OMK. 

Selain dengan berjualan saat Hari Minggu, ada juga pre order dan nantinya pesanan akan diantarkan ke rumah pembeli. Saat menyiapkan pesanan pre order tidak jauh berbeda dengan menyiapkan jualan di Hari Minggu. Hanya saja saat memasak untuk pre order biasanya dimulai di pagi hari dan pesanan akan diantarkan siang ataupun sore hari. Usaha dana ini sangat membantu untuk mengumpulkan dana. Banyak cara yang bisa dilakukan saat berjualan. 

Usaha dana ini juga didukung oleh para sponsor yang berasal dari usaha umat sekitar gereja dan beberapa orang baik dan bersedia membantu pengumpulan dana ini. OMK Don Bosco mengucapkan terimakasih banyak kepada pihak-pihak yang bersedia membantu dan melancarkan penampilan di acara FKT. 

Penampilan ini melibatkan OMK dari Paroki Administratif Pelem Dukuh serta para PIA PIR yang turut serta dalam kegiatan ini. Terdapat sekitar 60 orang yang terlibat menjadi penampil. Masih ditambah dengan pengrawit yang berasal dari teman-teman sekitar gereja. Pengrawit berasal dari teman-teman muslim yang berasal tidak jauh dari gereja. Untuk menyajikan penampilan yang luar biasa ini, memerlukan waktu latihan yang tidak sebentar. Teman-teman melalui sekitar 4 bulan untuk menyiapkan semua kebutuhan, keperluan, dan tentunya latihan. Tentunya saat berlatih terdapat kendala seperti hujan yang membuat kami tidak dapat berlatih. Meskipun begitu semangat untuk tetap berlatih tidak padam dan tetap berlatih dikeesokan harinya. 

Aula Gereja merupakan tempat pertama yang digunakan untuk berlatih. Parkiran gereja juga digunakan untuk berlatih saat membutuhkan tempat yang lebih luas. Setelah terbentuk koreo dan membutuhkan tempat yang lebih luas, akhirnya menggunakan pendopo Balai Desa Purwosari yang lokasinya tidak jauh dari Gereja. Beberapa minggu berlatih di Balai Desa dan tiba waktunya “Tempuk Gending”. Tempuk gending merupakan penggambungan antara koreo penari dengan alunan gamelan. Karena membutuhkan tempat yang lebih luas dan membutuhkan tempat untuk menempatkan gamelan, maka latihan dialihkan ke SMP Sanjaya.  

Setiap Latihan pasti ada cerita seru dan haru. Ada yang terjatuh saat berlatih, membuat pop mie bersama, gotong royong memindahkan gamelan, bahkan mengepel lapangan karena basah sehabis hujan. beberapa kali Latihan terhenti karena hujan dan tidak memungkinkan untuk berlatih. Alhasil semua berkumpul dan bercerita sembari makan snack yang telah disiapkan oleh tim konsumsi. Selain teman-teman penampil yang bersemangat untuk Latihan, para orang tua dan warga sekitar ikut menyemangati penampil saat berlatih. Banyak warga sekitar yang ikut menonton dilapangan. Biasanya ibu-ibu yang dengan setia menonton walaupun cuaca dingin. 

Persiapan FKT yang sudah dekat membuat beberapa panitia hampir selalu pulang tengah malam. Ada yang membahas hal-hal yang perlu disiapkan, membuat properti, bahkan membuat kostum. Terdapat 6 kostum buto yang dibuat oleh para panitia. Kostum tersebut berasal dari kain bekas yang berwarna hitam dan merah. Kain tersebut digunting dan dijahit menutupi seluruh bagian baju kemeja. Selain menjahit dengan tangan dan mesin jahit yang mungil, para panitia membuat inovasi baru yaitu dengan menggunakan lem tembak untuk merekatkan potongan kain. Walaupun dengan alat dan bahan yang sederhana, namun kostum buto yang telah dipakai penampil nampak bagus dan elok. 

H-2 FKT seharusnya masih berlatih, namun karena hujan maka Latihan terpaksa dihentikan. Selanjutnya pada h-1 teman-teman penampil tetap berlatih agar penampilan saata FKT dapat maksimal. Setelah berlatih, pada malam harinya beberapa panitia mengantarkan properti penampil ke lokasi FKT. Waktunya untuk beristirahat karena keesokan harinya akan bangun pagi untuk persiapan penampil.  

Perjalanan menuju ke tempat FKT memerlukan waktu tempuh sekitar 1 jam dari Pelem Dukuh. Jadi, mulai dari pagi teman-teman sudah persiapan untuk make up dan mengenakan kostumnya masing-masing. Sampai di lokasi cuaca sangatlah cerah dan penampilan dari Pelem Dukuh merupakan penampilan ke-6. Dengan cuaca yang panas para penampil tetap memberikan penampilan yang maksimal dan tentunya memukau banyak penonton. Penampilan diakhiri dengan membagikan hasil bumi yang terdapat dalam “Gunungan”. Hasil bumi tersebut dibagikan penampil kepada para penonton yang hadir di lapangan. Penonton tampak sumringah saat melihat penutupan dari penampil Pelem Dukuh. 

Penampilan yang luar biasa ini tentunya juga mengalami beberapa kendala. Ada 2 teman yang kondisinya drop dan memerlukan oksigen. Yang satu drop disaat Paroki Pelem Dukuh akan tampil. Sehingga LO berdiskusi dengan paroki selanjutnya dan akhirnya Pelem Dukuh yang harusnya tampil di urutan ke 5 menjadi urutan ke 6. Penampil yang drop tetap bersemangat untuk tetap tampil dan memberikan persembahan yang memukau. Semua penampil memberikan penampilan yang maksimal dan tentunya membuat orang-orang yang melihat ikut merasakan apa yang sedang terjadi dalam alur cerita. 

Rupanya segalanya tidak semulus yang kami bayangkan. Setelah satu penampil pingsan sebelum perform, pada saat selesai perform ternyata 2 penampil kembali tumbang dan salah satunya harus dilarikan ke rumah sakit. Cuaca dilapangan memang sangat panas, puji Tuhan P3K dan tim kesehatan dari panitia langsung bertindak sehingga bisa segera ditangani. 

Akhirnya setelah mempersiapkan dan menampilkan hasil karya dari teman-teman OMK bisa mendapatkan hasil yang sangat luar biasa. Perjuangan dan pengorbanan OMK yang patut untuk dibanggakan. Sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan, maka diadakan Misa Syukur oleh Gereja Santa Maria Fatima Paroki Administratif Pelem Dukuh. Misa ini dijadikan satu dengan Novena Kebangsaan yang bertemakan “Syukur Atas Pnggilan Memperjuangkan Kebaikan Bersama”. Misa Syukur dan Novena Kebangsaan diadakan di Goa Maria Lawangsih. 

Misa dipimpin oleh Romo Modestus Supriyanto, Pr. dalam homili, romo menyampaikan “bergaul dan srawung agar menjadi terlibat dan tidak canggung”. Tema novena kali ini dapat dikaitkan dengan kegiatan FKT. Karena dengan adanya keterlibatkan dalam proses FKT, para OMK juga sudah memperjuangkan kebaikan bersama. Mengikuti kegiatan sama saja dengan mengambil kesempatan untuk srawung agar kita tau bagaimana dunia luar. Walaupun tidak sekolah, jika dapat bergaul maka pengetahuannya akan semakin luas dan dunia akan semakin sempit. 



Kesempatan semacam ini dapat digunakan untuk melatih keberanian dan dilatih untuk tidak minder dan berkecil hati. Romo Supri juga mengatakan bahwa ini semua bukan soal menang ataupun kalah, tapi ini tentang keterlibatan bersama. Dengan terlibat kita akan semakin tau apa yang sedang terjadi disekitar kita. Dan dengan keterlibatan, kita juga dapat meringankan beban orang lain dengan saling membantu dalam penyelesaian masalah. 

Romo Modestus Supriyanto, Pr. : “Hanya dengan datang, hanya dengan srawung, nama Tuhan akan dimuliakan”



No comments:

Post a Comment