Sarasehan Kebangsaan "Menjadi Warga Indonesia yang Inklusif dan Transformatif"


Sarasehan Katekese Kebangsaan 

Sarasehan Kebangsaan diselenggarakan oleh Komisi Kateketik Kevikep DIY pada hari Minggu 24 September 2017.  Acara ini dihadiri oleh Pembina Katolik Kantor Wilayah Kementrian Agama DIY, para katekis dan kepala bidang pewartaan  se Kevikepan DIY, penyuluh non PNS Kantor wilayah kementrian agama DIY dan ormas katolik.

Dalam Sambutannya, Bp. Alexander Budi Suwarno sebagai Ketua Kateketik DIY, beliau menyampaikan bahwa gereja memiliki keprihatinan terhadap nilai-nilai kebangsaan yang semakin menurun, maka dengan acara ini kita akan diteguhkan dan disadarkan lagi oleh para narasumber sebagai pegangan kita dalam menjalin relasi dengan masyarakat baik yang katolik dan non katolik.

Tema dari sarasehan kebangsaan ini adalah Menjadi warga Indonesia yang inklusif dan transformatif. Bpk Ismulyadi, sebagai Moderator sarasehan ini mengungkapkan bahwa tema ini menarik karena di semua lini, kebangsaan menjadi sesuatu atau fenomena di negara kita saat ini.

Narasumber dalam acara sarasehan ini adalah :

Drs. H. Muhammad Lutfi Hamid, M.Ag (Kepala Kantor Wilayah Kementrian Agama DIY)

Rm. Fx Sugiyana Pr (Ketua Komisi  Kateketik Keuskupan Agung Semarang)

Kyai Jadul Maulana (Pengasuh Pondok Pesantren Kali Opak)



Drs. H. Muhammad Lutfi Hamid, M.Ag 
Persoalan keterbukaan/inklusif dan transformatif di lingkungan gereja bukanlah hal yang baru, banyak tokoh-tokoh katolik (Mgr. Alb. Sugijopranoto, Yos Sudarso, I.J. Kasimo, Adi Sucipto dll) yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari rasa kebangsaan umat katolik. 

Ketua lingkungan atau kring di bentuk gereja sebagai tanggung jawab gereja untuk membangun relasi dengan masyarakat, yang diprakarsai oleh Mgr Alb. Sugijapranoto. Ketua Lingkungan/kring ini kemudian dikembangkan diseluruh Gereja di Indonesia dan masih dilestarikan sampai sekarang. 

Konsep keberagaman masyarakat jawa juga tercermin dalam kehidupan menggereja seperti di tunjukkan dengan adanya sendang yang dipandang sebagai sumber kehidupan oleh masyarakat jawa, sesuatu yang harus dilestarikan. Gua yang dianggap mistik oleh masyarakat jawa sebagai tempat yang wingit oleh gereja dijadikan tempat yang layak untuk olah batin. 

Indonesia terdiri dari baerbagai macam suku dan tersebar di berbagai pulau, namun kesatuan dan persatuan Indonesia tetap terjaga, hal ini membuat iri banyak negara karena sulit memecah belah Indonesia dengan kondisi suku dan geografisnya. Persoalan kebangsaan, inklusif dan transformatif merupakan bagian yang diangkat oleh komisi kateketik untuk semakin memahami pluralitas secara proposional. Keutuhan NKRI tidak terpisahkan dari keberagaman di Indonesia, mari kita saling memberi untuk menjaganya.

Romo FX Sugiyana Pr
Perjalanan Gereja di Indonesia telah menunjukkan rasa tanggungjawab dari awal untuk turut serat membangun bangsa ini. Membangun Indonesia adalah bagian dari iman. 

Latar belakang dibuatnya buku Sarasehan Kateketik Kebangsaan  :

Pada bulan Januari para Imam, wakil dari dewan paroki berkumpul di Muntilan dalam temu pastoral dengan tema  Bagaimana kita bertanggung jawab terhadap bangsa Indonesia yang sedang berjuang.

Beberapa bulan yang lalu ada studi dewan karya pastoral yang intinya ingin memperkuat rajutan ke Indonesiaan, kebangsaan, kebhineka-tunggal-ikaan untuk turut membangun Indonesia yang lebih baik, sejahtera, bermartabat, dan beriman. Dalam acara ini, salah satu narasumbernya adalah Bp. Imam (Wakil Sekretaris PBNU Pusat), beliau memiliki data-data yang luar biasa tentang keprihatinan negara saat ini. 

Ada situasi dimana Indonesia merupakan medan pertempuran  melawan radikalisme dan terorisme. Dunia yang makin maju karena teknologi komunikasi membuat dunia tanpa batas, tapi sekaligus juga masalah-masalah cepat masuk dan mempengaruhi. Ada ancaman-ancaman yang sangat komplex antara lain Ideologi, multi dimensi, proxy war (pertempuran yang di dalangi oleh pihak ke tiga dengan memanfaatkan dua kelompok lain), cyber warfare (peperangan untuk menguasai aset teknologi di dunia maya, dengan teknologi mereka mampu mempengaruhi begitu cepat dan begitu luas untuk menguasai orang lain) dll. Hal-hal ini bisa mengancam Indonesia, sehingga revolusi mental SDM, civitas akademika, mahasiswa dan kita diharapkan lebih mencintai NKRI dan Pancasila. 

Berdasarkan data, darurat yang ada di Indonesia adalah terorisme, rasikalisme, ekstrimisme dan liberalisme. Para teroris memanfaatkan media sosial dan multi media untuk membangun sebuah gerakan yang sangat efektif untuk mencapai tujuan mereka.

Dalam situasi keprihatinan ini, 
Bumi Indonesia itu
Menawan tapi rawan
Beragam tapi terancam
Damai tapi ramai
Indah tapi terpecah

Oleh karena itu Gereja sebagai bagian dari NKRI turut serta bertanggungjawab membuat Indonesia menjadi lebih baik

Pertanyaannya reflektif bagi kita:
 apakah anda cinta Indonesia?
Jika angka 1 adalah sangat memprihatinan dan angka 9 baik, Indonesia ada di angka berapa?
Dari angka 1 sampai 9,berapa nilai yag menggambarkan Apa yang sudah saya lakukan untuk Indonesia?

Buku Sarasehan Katekese Kebangsaan yang disusun oleh Komkat KAS merupakan salah satu usaha atau cara kita untuk terus menghidupkan kecintaan kita pada bangsa ini.

Gerak Gereja Untuk Bangsa
Hal ini sudah dirumuskan dalam :

Rencana Induk KAS :  mewujudkan peradaban kasih dalam masyarakat Indonesia yang sejahtera, bermartabat dan beriman. Sebagai warga negara kita tidak boleh egois, jangan hanya mau enaknya saja tapi tidak bertanggung jawab. Seperti yang sudah tertuang dalam misi RIKAS : membangun ke-Indonesiaan, ingin mengambil bagian dalam kebijakan publik. Penguatan jiwa ke-Indonesiaan mengembangkan puralitas berdasarkan Pancasila.

Arah Dasar KAS, bersama masyarakat Indonesia yang sedang menghidupi nilai-nilai Pancasila di era kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi umat KAS ingin mewujudkan gereja yang inklusif, inovatif dan transformatif. Inklusif artinya bersama sama membangun bangsa (keterbukaan) dan transformatif, bergerak membawa perubahan, kamjuan dan pembaharuan. Seperti yag diungkapkan St.Paulus kepada jemaat di Filipi kalau mau hidup didunia ini, kita harus berbuah berbuah artinya bermanfaat untuk orag lain, bukan memanfaatkan orang lain agar bisa berbuah.

Harapan yang muncul :
Jadikan tempat ibadah untuk memperkuat iman dan menyemai cinta kasih yang nantinya berguna untuk hidup bersama, mau keluar dari diri sendiri menjumpai yang lain 

Bagaimana kita terus berpegang pada prinsip yag benar, membangun,
Ikut bersama pemerintah mencari solusi persoalan-persoalan yang sedang terjadi
Jadilah orang yag optimis, tidak acuh tak acuh.

KAS berharap bayak inisiatf membangun dalam berinteraksi
Mensupport anak-anak kita untuk memiliki literasi media, karena sekarang ini bayak dimanfaatkan oleh kepentingan yang sangat pribadi tapi kita sangat menikmatiya
Ormas-ormas katolik diharapkan jangan kalah kreatif dan kalah inisiatif dengan kelompok-kelompok berita hoax



Dalam buku Sarasehan Katekese Kebangsaan yang disusun oleh Komkat KAS akan membahas 3 hal :

Penyadaran Identitas : 100% Katolik, 100% Indonesia
Kalau kita beriman pasti makin setia kawan pada bangsa Indonesia. Jangan menjadi orang yang setengah-setengah, karena hal ini biasanya dijadikan alasan untuk lari dari tanggungjawab. Tokoh yag diangkat dalam bab ini I.J. Kasimo, seorang awam, bergerak diatas masyarakat, srawung dengan masyarakat, perjuangannya nyata di ruang-ruang yang bisa beliau masuki namun berguna untuk bagsa ini : partai politik, pemerintahan (menteri), menghayati kehidupan masyarakat. Pencapaian beliau tidak lepas dari tokoh-tokoh agama yang diteladaninya. Beliau benar-benar menghayati injil di tengah masyarakat. 
Bacaan Injil: Matius 5:13-16  “Kamu adalah garam dan terang dunia” 
Artinya sudah menjadi garam dan terang dunia, tapi perlu di tingkatkan. Tidak perlu diperlihatkan siapa kita, tapi menyampur dalam kehidupan masyarakat, ikut memberi warna dan rasa bagi bangsa. Bukan tentang “siapa aku?” Tapi “apa yang sudah aku lakukan untuk Indonesia yang lebih baik?.

Pendidikan Keindonesiaan : Menyemai nilai-nilai Pancasila
Ini berkaitan dengan nasionalisme yang memudar. Jajak pendapat yang dilakukan oleh Kompas, bahwa 73,6% responden memandang pemuda tidak ikut ambil bagian dalam mewujudkan butir-butir Pancasila. Mereka bahkan kesulitan menyebut Sumpah Pemuda, situasi ini mennjukkan bagaimana anak-anak gernerasi muda terikat dengan ideology bukan asli Indonesia, Ideologi radikal yang jauh dari Indonesia. Pernah ada buku ajar yang disusupi ajaran radikal. Elit partai politik yang diharapkan memberi pemikiran, pertimbangan dan sumbangan bagi kemajuan bangsa, justru masih berkutat dengan kepentingan individu dan golongan.
Dalam situasi yang seperti ini kita dipanggil untuk mewariskan nilai-nilai baik. Proses penanaman nilai-nilai dimulai sejak dini dan butuh keseriusan, jika tidak serius menanamkan nilai Pancasila nanti pada waktunya akan timbul nilai lain yang sangat menguasai anak-anak generasi penerus bangsa ini.

Aksi nyata : Srawun dan bergabung
Kampung Pancasila di Laongan menjadi contoh konkrit, harmoni kerukunan antarumat beragama terus terpelihara sampai saat ini, mereka hidup damai, tolong menolong, dan menyesuaikan dengan kepentingan orang lain, saling memberi ruang, membuat rasa persaudaraan semakin hidup.
Bacaan Injil
Lukas 10:3-9 : Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala
Kita diutus untuk pergi (srawung) dari kenyamanan rumah sendiri, sekalipun itu ke tempat yang tidak nyaman untuk kita.  Kita tidak perlu membawa apa-apa tapi yang harus kita bawa adalah hati yang damai, karena hati yang damai adalah kunci kita untuk srawung dan bergabung dalam masyarakat yag majemuk agar terhindar dari perselisihan.

Kyai Jadul Maulana 
Pada tahun 80-90an tema toleran dan transformatif sudah diangkat sebagai tema dialog keagamaan. Namun tema ini tetap seksi unruk diangkat pada masa ini karena situasi yang dihadapi bangsa ini selalu berkembang. Pada masa itu sudah banyak dialog antar agama yang sudah diselenggarakan, dan banyak kesamaan ajaran antara agama Islam dan Katolik, misalnya keselamatan. Islam berarti keselamatan, dan Yesus juga membawa keselamatan bagi umat manusia. Namun setelah reformasi, setiap kelompok kembali ke rumahnya masing-masing, terjadi pengentalan identitas, menutup diri dari kelompok lain dan cenderung egois. Tumbuh ideologi liberalisme baik dibidang politik dan ekonomi di Indonesia. Dan seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi banyak berita hoax yang memecah belah antar kelompok, misalnya Islam NU-Muhamadiyah. Oleh karena itu mari kita tingkatkan sikap inklusif, mulai dari diri kita, kelompok kita untuk menjadikan Indonesia lebih baik.

No comments:

Post a Comment