SURAT DARI PERANCIS (Sr.Maria Gerarda)


SURAT DARI PERANCIS

Sr.Maria Gerarda (Parisia Sartini)
Kulon Progo; 15 Nopember 1966
Domisili  : Sekarang saya ada di Perancis Rumah pusat kami.

I.  TERKENA JERAT

Saudara – saudari yang terkasih dalam Kristus,saya mengucapkan banyak terimakasih karena diberi kesempatan untuk  menyampaikan suka dan duka saya sebagai seorang Religius khususnya sebagai seorang suster, tetap sebelumnya perkenankanlah saya sedikit menceritakan perjalanan panggilan hidup saya ini dan beliau – beliau yang berperan dalam mendukung saya. Saya adalah anak dari Baak Yohanes Sonowiryo dan Simbok Robet Maria Ngadinem  pasangan suami istri yang sangat sederhana dan bekerja sebagai petani. Beliau membekali saya dengan menyekolahkan saya sampai lulus SLTA (SMA Sanjaya). Setelah lulus waktu itu saya meninggalkan rumah untuk mencari pekerjaan. Saya bekerja di salah satu perusahaan waktu itu dan setiap hari Minggu libur dan saya pulang. Pada hari minggu biasa kami satu keluarga bersama – sama untuk ke Gereja, setelah selesai Misa saya tidak langsung pulang tetapi tetap tinggal di dalam gereja sampai lama bahkan sampai Romo Paroki selesai sarapa ( Rm.Adiwardoyo.Pr). Kemudian beliau mendekati saya, kenapa kamu belum pulang? Lalu saya mengutarakan apa yang saya rasakan saat itu, saya sudah bekerja dengan gaji yang lumayan sebagai lulusan SLTA tetapi saya merasa ada yang hilang "kurang sreg"   Lalu beliau mengatakan "la piye, opo arep dadi suster" saya tidak mengatakan ya dan tidak waktu itu, lalu sore saya kembali ke kos karena hari Senin harus masuk kerja. Dalam bekerja saya tidak tenang dan teringan-ngiang dengan apa yang dikatakan oleh Pastour Paroki saya itu, maka saya memutuskan untuk behenti bekerja,  akhir bulan setelah gajian saya pulang.

Hari Minggu setelah selesai Misa saya sengaja menunggu beliau, beliau muncul dengan senyum dan sapaan yang khas "Piye, sido mlebu suster?" saya menjawab “inggih Romo kados cita – cita dalem rumiyin” Wah saya benar – benar sudah kena jerat sehingga “hati saya gelisah siang dan malam sebelum beristirahat pada-Nya” seperti yang dirasakan oleh St.Agustinus. Lanjut beliau arep mlebu ngendi?, Sang Timur nggih Romo, beliau menyahut lagi: koyone gak cocok nek kowe mlebu Sang Timur, piye nek tak terne ngetan? Saya tidak tahu ngetan itu ke mana tapi saya jawab saja nggih Romo, rupa – rupanya penyelenggaraan Ilahi sudah bekerja saat itu; “Louez le Seigneur, car il est bon, et son amour n’a pas de fin” ( Puji Tuhan, karena Dia baik, dan Cinta-Nya tidak ada habisnya) Psaume / Mazmur 106: 1.

Kemudian suatu hari saya di antar beliau ke Malang, saya ingat betul turun dari bus hujan kemudian kami berdua naik becak (waktu itu saya masih maigrir/langsing) menuju Biara salah satu Konggregasi dan kami sudah ditunggu di biara tersebut. Masuk ruang tamu ada tulisan “MISERICORDIA” saya tidak dapat membacanya karena menurut saya sangat sulit. Kami keliling seluruh Biara Misericordia yang ada di Malang dan Lawang selama dua hari. Setelah sampai di rumah Romo bertanya “piye, wis mantep tenan? Nek wis tak gawekne surat pengantar”  saya menjawab “sampun Romo”

Bulan Januari 1989 saya berngkat ke Sedayu salah satu komunitas para Suster Misericordia yang ada di Jogja. Kurang lebih 6 (enam) bulan saya tinggal di Sedayu bersama dengan 2 (dua) pemudi lainnya, bulan Juni 1989 saya dihantar ke Malang oleh Sr.Ancilla Maria bersama dengan orang tua kami masing – masing, untuk masuk suster. Begitu besar kasih Allah kepada saya dan saya benar – benar sudah “terkena jerat kasih” sehingga tidak bias melawannya; itulah namanya hidup panggilan, karena semua itu adalah misteri “ Kalau Allah sudah berkehendak siapapun tidak akan bias menolaknya”


II.  RAHMAT ALLAH CUKUP BAGIKU

Kalau kita berbicara mengenai suka dan dukanya menjadi seorang religious yaitu suster, yang saya rasakan selama ini  99,9% adalah “suka” Bukan berarti tidak ada kesulitan dan jalan mulus atau tidak ada tantangan ataupun godaan, semua itu ada; karena kita berasal dari latar belakang yang berbeda, suku, budaya, karakter yang bermacam – macam, tidak mudah untuk menyesuaikan diri satu sama lain tetapi “Rahmat Allah selalu cukup bagi saya” untuk melewati semua itu dan menjalani hidup ini. Segalanya saya serahkan kepada Tuhan biar Tuhan yang menyelesaikan segalanya untuk saya dan  Tuhan sendiri yang menyempurnakan apa yang masih kurang dalam diri saya. “Tout don excellent, toute donation parfait vient d’en-haut et descend du Pére des lumières” (Setiap pemberian yang baik, setiap hadiah yang sempurna berasal dari atas dan turun dari Bapa segala terang) Jacques 1: 17a.
Seperti yang ada tertulis dalam Kitab Suci “kalau kita meninggalkan segalanya kita akan mendapatkan segalanya juga bahkan berlipat ganda”. Mau merasakannya mari jangan takut masuklah dan bergabunglah dengan kami para Suster Misericordia pintu terbuka untuk anda kalian.Hai para pemudi – pemudi Pelem Dukuh yang baik dan cerdas panenan banya tetapi pekerja sedikit, mari kita sama – sama bekerja di lading Tuhan. Saya tunggu ya kedatangannya. Sampai di sini dulu ya, nanti saya lanjut lagi di lain kesempatan. Salam dan Doa saya dari jauh. Berkah Dalem.





No comments:

Post a Comment